Biasanya, orang yang kedatangan tamu dari jauh cenderung akan memperbaiki kondisi rumahnya terlebih dahulu, minimal, agar tamunya kerasan. Tapi tidak demikian dengan adik saya.
Arizkanesia Tsiqah namanya. Dia, tanpa rasa pekewuh--sebab Mbakyu-nya yang dari Pekalongan ini mau bertandang ke Jogja, membiarkan begitu saja meja kamarnya penuh sesak oleh beragam barang yang numpuk berantakan. Debu, laptop, charger, buku-buku, cairan pembersih wajah, sampai cotton buds sekalipun, tumplek jadi satu. Saya sampai heran bercampur haru, adik saya ini perempuan atau laki-laki? Di sini kadang saya merasa merindukan sosok suami. *eh
Melihat keumbrusan semacam itu, entah bagaimana saya tidak marah. Tidak jengkel, apalagi ngamuk-ngamuk. Saya hanya ngomel sedikit, sedikit lho ya, lalu bergerak perlahan membereskan setiap sudut problematika di kamar kost adik saya.
Lalu saya mikir, mungkin beginilah cinta. Entah karena Rizka-nya yang mudah dicintai, atau memang saya-nya yang mudah mencintai (ehem), dengan sendirinya tangan ini cekatan membersihkan dan menata ulang barang-barang, di saat pemiliknya asik nggelosor sambil gadget-an selepas shubuh. Saya bisa saja cuek sebenarnya, pura-pura gak lihat atau apa, tapi hati ini ndak tega je. Saya cinta sama adik saya.
Duh, (lagi-lagi) tentang cinta. Dia membuat banyak orang melakukan hal-hal 'besar' atas kehendak hati. Saya jadi mengerti, cinta memang kadang tak mengenal logika.
Lha ya iya, tho? Kalo cinta pakai logika, mungkin kamu nggak akan ngejar-ngejar dia yang sudah tegas menolakmu. Juga nggak bakalan ada lagi orang-orang yang nikung sahabatnya sendiri. Ihik!
Sudah ah. Dari pada cinta-cintaan, mending ikut Rajaban. *O*
Shollu 'alaa Muhammad.
Shollu 'alaa Muhammad.
Yogyakarta, tahun baru 2016 ~
0 comments:
Posting Komentar