Sosok Inspiratif
|
Bapak Rasmudi |
Namanya Bapak Rasmudi. Beliau berasal dari kelurahan Kraton Kidul, Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Usianya kini menjelang 60 tahun.
Beliau dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan humoris. Dalam kesehariannya, beliau mencari nafkah sebagai seorang penjahit pakaian rumahan dan tukang becak; dua mata pencaharian yang eksistensinya mulai tergeser oleh kemajuan zaman. Orang-orang lebih senang membeli sandang “tinggal pakai” yang dibuat di pabrik-pabrik, lalu dijual di toko-toko. Apalagi sekarang, dengan menjamurnya sistem online dalam hal jual-beli, makin memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pakaian yang mereka inginkan tanpa perlu keluar rumah, tanpa perlu menunggu lama. Pada akhirnya, penjahit-penjahit yang membuka usahanya seorang diri di rumah seperti beliau harus mengikhlaskan sebagian besar pelanggannya beralih ke sistem modern yang menawarkan banyak kemudahan.
Beliau masih memiliki pelanggan setia, tentu saja, yang merasa cocok dengan hasil jahitan beliau yang memang terkenal rapi dan kuat. Tapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Dan tentu saja mereka tidak tiap bulan datang untuk menjahitkan pakaian. Momen yang cukup menyibukkan beliau dengan mesin jahit dan obrasnya adalah ketika tahun ajaran baru tiba. Jika pada bulan-bulan biasa beliau mengerjakan sekitar 4-5 potong pakaian (dengan ongkos 45-50rb/potong), menjelang tahun ajaran baru setidaknya ada 7 potong (dalam sebulan) yang bisa beliau kerjakan. Meski tidak lagi bisa sebanyak dulu, Bapak Rasmudi sudah sangat bersyukur mesin jahitnya masih terpakai hingga sekarang.
Sebagai tukang becak, kondisinya pun tak jauh beda. Berapa sih orang kota yang masih menjadikan becak sebagai sarana transportasi masa kini?
Tapi itu semua tak jadi halangan bagi beliau untuk tetap menjemput rizqi, demi isteri dan 5 orang anak perempuannya. Satu hal yang sangat menarik, beliau tidak hanya menjadikan mata pencahariannya ini sebagai sarana mencari rezeki, melainkan juga sebagai jalan bersedekah.
Pernah suatu ketika, sekitar tahun 2016, dalam perjalanan pulang setelah mengantarkan anak bungsunya ke sekolah, tepatnya di depan Puskesmas Bendan Pekalongan, Bapak Rasmudi melihat seorang anak kecil menangis dalam gendongan neneknya. Beliau mendekat ke arah mereka, dan bertanya ada apa. Sang nenek menjawab bahwa cucunya itu ingin pulang ke rumah naik becak, sedangkan uang yang dimiliki sang nenek hanya cukup untuk naik angkutan kota. Padahal jarak dari puskesmas ke rumah terbilang jauh.
Bapak Rasmudi, tanpa tapi-tapi, langsung meminta mereka naik ke atas becaknya dan mengantarkannya sampai ke depan rumah, dengan ongkos 2000 rupiah.
Lain waktu, saat sedang mengendarai becaknya, beliau melihat dua orang wanita paruh baya tampak sibuk memanggil setiap tukang becak yang lewat di depan mereka, tapi selalu berakhir dengan penolakan. Tak ada satupun tukang becak yang mau membawa mereka. Bapak Rasmudi segera mendekat lalu bertanya ada apa. Salah satu wanita itu mengatakan bahwa mereka ingin pergi ke Gudang PT. Pupuk Sriwidjaja (atau biasa disebut pusri, tempat pemberhentian bus sementara) tapi semua tukang becak meminta ongkos 25000, sedangkan mereka hanya mampu membayar 15000 karena takut uangnya tidak cukup untuk naik bus.
Bapak Rasmudi tersenyum, lalu membawa dua wanita paruh baya tadi menuju Pusri yang 3,5 kilometer jaraknya dari titik mereka bertemu.
Entah berapa kali beliau mengangkut penumpang dengan bayaran sekadarnya, entah berapa kali pula tak dibayar sama sekali. Ketika saya tanya, "Bapak kok ga datengin orangnya buat minta ongkos becak?"
Beliau hanya menjawab santai, "Sudah bapak ikhlaskan."
"Tapi kan itu hak bapak."
"Karena bapak tahu orang itu lebih 'ga punya' daripada bapak. Anggap aja sedekah. Cuma ini jalan bapak buat sedekah ke orang lain."
Jawaban beliau benar-benar menampar keangkuhan saya.
Setahun belakangan, beliau sudah jarang mengayuh becaknya untuk mencari penumpang. Sejak dua anaknya menikah dan ikut suami mereka merantau ke luar kota, tidak ada lagi yang membantu istrinya berjualan pecel. Maka beliau lah yang menyisihkan sebagian waktunya untuk membantu isterinya di dapur.
Pagi-pagi seusai sholat subuh berjamaah, saat dingin masih menjadi teman, beliau menyiapkan becaknya untuk pergi mengantar istrinya ke pasar, berbelanja kebutuhan dagang. Lalu sepulang dari pasar, anak-anak menunggu untuk diantarkan ke sekolah dasar. Ada kalanya, dalam perjalanan pulang setelah mengantar anak sekolah ini beliau mendapat penumpang. Ada kalanya, bukan penumpang yang didapat melainkan pesanan untuk mengantarkan berdus-dus kue ke tempat tertentu. Ada kalanya, tidak ada permintaan sama sekali. Beliau akan tenggelam dalam rutinitas di dapur untuk membuat gorengan dan mencuci pakaian hingga dzuhur menjelang. Lalu selepas dzuhur dan makan siang, beliau buru-buru menyelesaikan urusannya di dapur sebelum aktivitasnya berpindah ke depan mesin jahit sekitar pukul 2 siang. Berlanjut hingga tengah malam.
Hampir setiap hari beliau baru beranjak dari mesin jahitnya setelah lewat pukul 12 malam. Itupun tidak segera tidur. Beliau mengambil air wudhu, lalu duduk kembali membaca Al-qur'an barang beberapa tanda ruku'. Tidak lama. Tidak banyak. Tapi kontinyu.
Kalau dipikir-pikir, hanya mengerjakan 4-5 potong pakaian dalam sebulan mengapa baru selesai larut malam?
Jangan salah, ferguso. Bapak Rasmudi ini tidak hanya menjahit untuk para pelanggannya, melainkan juga pakaian anak-anaknya, sprei untuk istrinya, layar penutup warung, bendera, permak celana, dan pernak-pernik lain yang beliau terima secara sukarela saat dimintai tolong oleh saudara atau tetangganya. Dan beliau mengerjakan semua itu dengan sungguh-sungguh. Sekalipun hanya selembar kain layar penutup warung, beliau akan menjahitnya dengan sangat rapi, sepenuh hati.
Hari Ahad, saat istrinya libur berjualan, beliau akan menggunakan waktu paginya untuk bergabung dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan yang biasanya diadakan oleh ketua RT satu/dua pekan sekali. Berangkat mencari penumpang jika cuaca cerah, lalu kembali pulang untuk menjahit. Di titik inilah biasanya saya--dulu sebelum menikah--duduk menemani beliau sambil berdiskusi tentang hidup. Dan beliau akan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam otak saya, dan membekali saya dengan petuah-petuah bijak.
Harapan
Pernah suatu hari saya bertanya kepada beliau, “Apa sih yang bapak inginkan dalam hidup ini?”
Beliau menjawab, “Bapak cuma kepingin lihat kamu dan saudari-saudarimu hidup sejahtera di jalan Allah.”
Seketika mata saya hangat oleh air, “Kalau yang paling bapak harapkan bisa terwujud?”
Beliau terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab, “Satu hal yang pasti diinginkan semua umat islam di dunia. Mengunjungi Ka’bah.”
Semoga ya, Pak. Mungkin saya belum bisa memberangkatkan bapak ke tanah suci. Tapi Allianz bisa. Allianz meluncurkan program Berlipatnya Berkah yang di dalamnya ada kompetisi menulis blog tentang sosok inspiratif berhadiah umroh. Doakan saya agar bisa memperoleh rezeki ini ya, Pak. Biar bapak bisa pergi umroh. Mengunjungi Ka’bah, seperti yang bapak harapkan. Karena bagi saya, bapak merupakan sosok yang layak mendapatkannya.
Berlipatnya Berkah Allianz
Bagi yang belum tahu, Allianz merupakan salah satu perusahaan global terbesar yang bergerak di bidang layanan asuransi dan manajemen aset. Telah berdiri sejak 1890 di Jerman sebagai perusahaan yang sangat berpengalaman dan mempunyai posisi finansial yang kuat. Allianz hadir pertama kali di Indonesia pada tahun 1981, dan melebarkan sayapnya hingga kini.
Allianz memiliki banyak produk, dan produk yang paling menarik saat ini adalah Asuransi Wakaf. Kita tentu sudah terbiasa mendengar kata asuransi. Kita tahu bagaimana asuransi bekerja. Tapi, apa itu asuransi wakaf? Asuransi yang disertai fitur wakaf? Jawabannya adalah ya.
Wakaf adalah salah satu amalan dalam Islam melalui penyaluran harta benda untuk kepentingan masyarakat serta mendapatkan keberkahan pahala yang tidak terputus sampai akhirat kelak. Betapa menariknya jika amalan tersebut bisa kita kolaborasikan dengan asuransi. Perlindungan asuransi memberikan ketenangan di dunia, sedangkan wakaf memberikan keberkahan tanpa terputus sampai akhirat kelak.
💙💙💙
Note: Tulisan ini saya ikut sertakan dalam
Kompetisi Blog Berlipatnya Berkah yang diadakan oleh Allianz.