BUMI MANUSIA DIFILMKAN: DARI DILAN KE MINKE

Tadi sore saya iseng buka twitter lagi, setelah 2 tahun lamanya tidak saya jamah. Ada banyak sekali notifikasi, dan setelah scroll beberapa saat, saya nemu satu yang menarik perhatian. Seorang teman menandai saya dalam tweet-nya. Ternyata dia membagikan salah satu tulisan yang saya unggah di facebook pada Mei 2018. Tulisan tentang film Bumi Manusia.

Saya rasa masih sangat relevan untuk saya posting di blog sekarang, karena kabarnya film itu akan tayang tahun 2019 ini. Jadi, sembari menantikan filmnya launching di bioskop seluruh Indonesia, mari kita kupas dulu beberapa hal terkait penggarapan film Bumi Manusia, khususnya; pemilihan Iqbaal Ramadhan sebagai tokoh Minke.

***

BUMI MANUSIA


Foto Teaser Bumi Manusia. Sumber: Mldspot.com

Saya sudah membaca Tetralogi Buru sejak 2009--tahun di mana saya masih belia dan teman-teman seumuran saya asik ngurusin perkara cinta. Empat judul buku karya Pramoedya Ananta Toer itu menjadi awal bagi saya menyukai sastra, juga sejarah. Dan yang paling tersohor dari keempat judul itu adalah Bumi Manusia, yang terkenal dengan Nyai Ontosorohnya, juga kalimat-kalimatnya yang kemudian banyak tersebar sebagai quotes-quotes di sosial media.

"Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai." 

"Kita telah melawan Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."

Dari dulu sudah santer terdengar kabar bahwa Bumi Manusia akan difilmkan. Saya dan Mbak Roch Pangkatych (seorang Pramis asal Bogor) sudah sangat menantikannya. Tapi ternyata kabar yang beredar hanya sebatas rumor, ga berujung film beneran. Sampai kemudian saya disodori berita soal diresmikannya Iqbaal (dengan dua huruf A) sebagai pemeran Minke. Dan Hanung Bramantyo sebagai sutradaranya.

"Kok Iqbaal sih? Emang gada yang lain?"

"Kenapa yang dipilih malah Iqbaal?"

Dan berbagai pertanyaan senada lainnya muncul meramaikan dunia maya.

Alasan pertama yang membuat pertanyaan itu muncul adalah Bumi Manusia telah lebih dulu dipentaskan sebagai sebuah teater yang dimainkan dengan apik oleh aktor fenomenal yang tak diragukan lagi kegantengannya, eh, kualitas aktingnya, ialah Kangmas Reza Rahadian. Dan menuai banyak pujian. Kolaborasinya dengan Budhe Happy Salma yang senior dan Chelsea Islan yang menis-menis manja dinilai sangat pas. Inilah yang kemudian--secara diam-diam--terpatri pada diri setiap pecinta Bumi Manusia, bahwa yang cocok memerankan Minke adalah Reza Rahadian. Harus Reza! Ga boleh yang lain.

Kedua, Iqbaal, seperti yang kita semua tahu, belum lama ini sukses membawakan peran Dilan dalam film Dilan 1990. Meraup angka lebih dari 6 juta penonton. Dik Iqbaal yang unyu ini belum banyak bermain film. Dan Dilan adalah film pertamanya setelah beranjak dari masa abege. Sangat wajar jika kemudian sosok Dilan diidentikkan dengan Iqbaal. Iqbaal itu ya Dilan. Dilan itu Iqbaal.
Pemilihan Iqbaal sebagai pemeran Minke jadi terkesan terburu-buru: "Mumpung masih anget." Atau mungkin sengaja dilakukan Hanung untuk menghapus imej sebagai sutradara yang cuma punya 1 aktor; Reza Rahadian. Setidaknya, begitu menurut saya. Sehingga memunculkan pertanyaan dalam benak, "Dapatkah Dik Iqbaal membawakan peran Minke (yang hidup berbeda zaman dan karakter dengan Dilan) dengan sebaik-baiknya, setotal-totalnya (seperti yang dilakukan Kangmas Reza dalam teater itu)?"

Iqbaal Ramadhan dan Reza Rahadian. Sumber: Tribunnews.com


Saya mengerti alasan Hanung dalam memilih iqbaal sebagai pemeran Minke; muda, millennial (pada zamannya), berintelektual tinggi, dan berkembang. Yang terakhir ini saya kurang paham juga apa maksudnya. Dikatakan di sana bahwa Bumi Manusia merupakan bagian dari tetralogi, sehingga karakter Minke terus berkembang seiring zaman. Mungkin maksudnya, kalau film Bumi Manusia ini sukses dan dilanjutkan dengan pembuatan film Anak Semua Bangsa, maka Iqbaal masih sangat cocok untuk berperan lagi sebagai Minke. Karena muda. Mungkin begitu. Mungkin lho ya. Heu~

Saya akui memang Mas Rahadian ini sudah terlalu tua untuk peran-peran tertentu, meskipun tetap ganteng. Dan saya juga mengakui bahwa Dik Iqbaal ini--meskipun kurus--termasuk pemuda yang pintar. Terlihat dari caranya berbicara, kepercayaan dirinya, pemilihan kata, susunan kalimat, dan isi dari gagasan yang dia sampaikan. Tipikal orang yang senang menjamah buku. Saya yakin dia sudah menuntaskan Tetralogi Buru sebelum tawaran bermain film Bumi Manusia ini datang padanya.

Yah, bagaimanapun kabar ini tetap mengejutkan. Meskipun sebenarnya, yang perlu dikhawatirkan bukan cuma siapa pemeran utama dalam film ini, melainkan bagaimana Hanung akan meringkas buku setebal lebih 500 halaman menjadi sebuah film berdurasi kurang dari 2 jam. Bagaimana Hanung akan memvisualisasikan kegelisahan dan pergolakan batin Minke yang terlahir sebagai priyayi, tapi berusaha membebaskan diri dari kepompong kejawaannya--menyejajarkan diri dengan kemampuan orang Eropa untuk melawan ketidakadilan yang dialami bangsanya. Juga tentang Nyai Ontosoroh yang hanya seorang gundik tapi cerdas luar biasa.

Apakah nilai-nilai itu akan muncul dalam film? Atau isi film hanya akan terfokus pada kisah cinta Minke dan Annelies?

Di sini para pemuja Bumi Manusia siap menilai habis-habisan.

Jakarta, 26 Mei 2018
Diketik ulang pada hari ini, 27 Januari 2018, tepat 21 Bulan Arslan lahir ke dunia.

0 comments:

Posting Komentar