NICE HOME WORK #1: JURUSAN ILMU DI UNIVERSITAS KEHIDUPAN

Ngomong-ngomong soal jurusan, pernahkah ada yang bertanya-tanya kenapa ada begitu banyak jurusan ilmu di dunia ini? Dan dari ribuan, atau bahkan jutaan jurusan itu masih banyak yang mungkin belum kita kenal. Seperti misalnya di Indonesia, ada jurusan yang bernama Batra (pembuatan obat tradisional), Kartografi dan Penginderaan Jauh (cabang dari ilmu Geografi mengenai ilmu pembuatan peta dan metode pengukuran obyek tanpa harus bersentuhan secara langsung), Kriptografi (ilmu persandian), dan masih banyak lagi yang saya sendiri belum pernah mendengarnya.

Ada juga jurusan-jurusan yang tidak terpikirkan sama sekali, yang begitu mendengar namanya, kita akan membatin, "Oh, ternyata ada ya jurusan seperti itu?"

Ini membuat saya semakin yakin, bahwa tiap serpih dari dunia ini memiliki disiplin ilmunya sendiri, meskipun tidak semuanya bisa diajarkan dalam sebuah pendidikan formal. Tiap hal bisa dipelajari, dan tiap-tiap jiwa bebas menentukan mana-mana yang akan mereka tekuni--demi menjalankan fitrahnya sebagai seorang manusia, yaitu belajar.

***

Ada sebuah tugas yang harus saya kerjakan. Tugas ini dikenal sebagai NHW (Nice Home Work) dari Kelas Matrikulasi Batch 6 yang saya ikuti di IIP (Institut Ibu Profesional). Tugasnya gampang-gampang-susah. Meski tidak ada nilai benar-salahnya, jawaban masing-masing peserta akan menunjukkan sejauh mana mereka mengenal potensi diri, menggalinya, untuk kemudian tahu kemana arah tujuannya belajar.

Dan bagi saya yang masih simpang-siur soal potensi diri ini, tugas ini begitu berat. Huhuhu.

Baik, kita langsung saja melihat bagaimana tugasnya. Ada 4 point yang harus dijawab. Dan keempat point itu adalah...

1. Tentukan satu jurusan ilmu yang hendak kamu tekuni di Universitas Kehidupan ini

Setelah melalui perenungan panjang dan proses menimbang-nimbang beberapa hari ini, ditambah saran dan dukungan dari suami, akhirnya saya mantap memilih jurusan art: ilustration.

Ha. Terdengar main-main ya.

2. Alasan terkuat apa yang kamu miliki sehingga ingin menekuni dunia gambar (khususnya ilustrasi)

Sejujurnya saya tergoda melihat jawaban teman-teman sekelas saat diskusi di WAG tentang NWH#1 kemarin. Sebab banyak dari mereka yang berniat mengambil jurusan yang menurut saya sangat mulia; jurusan ilmu bijak, jurusan ilmu sabar, jurusan parenting, dan seabrek jurusan lain yang bermuara pada peningkatan kualitas diri sebagai orang tua. Bahkan sempat ada guest star di kelas kami bernama Mbak Yessy yang di lembaran profilnya tertulis jurusan kehidupan: parenting dan pendidikan anak, khususnya komunikasi dan home education.

Betapa mulianya. Saya juga ingin menjadi ibu yang baik dengan menekuni ilmu tentang parenting, menuliskannya besar-besar agar semua orang tahu akan hal itu, tapi saya tidak bisa mengabaikan suara hati kecil saya. Saya sangat suka menggambar. Dan menggambar adalah salah satu media healing saya terutama setelah menjadi ibu (rumah tangga).

Saya mulai menggambar sejak kelas 5 SD. Objek yang saya gambar saat itu hanya seputar barbie dan gaun-gaunnya. Lalu kelas VIII SMP saya mulai menyukai gambar-gambar manga. Beranjak SMA baru saya sadar, bahwa ada banyak sekali objek (juga subjek) yang bisa digambar, dan hal paling menyenangkan adalah ketika saya bisa mengilustrasikan satu cerita ke dalam sebuah gambar. Menjelang kelulusan SMA saya berpikir untuk melanjutkan studi ke ranah seni, khususnya seni rupa 2 dimensi. Tapi Ibu menentangnya. Jurusan tidak jelas, kata beliau. Bahkan kemudian saya dilarang mengikuti ujian masuk universitas di luar kota. Kalau mau lanjut sekolah, hanya boleh di Pekalongan, begitu kata beliau.

Pada akhirnya saya masuk ke akademi kebidahan, dengan segala kepadatan jadwalnya yang kemudian membuat saya nyaris tidak sempat menggambar lagi.

Setelah bekerja barulah saya mulai menggambar lagi. Kadang-kadang. Sekadar untuk senang-senang, mengisi waktu luang, dan membahagiakan diri. Tak pernah berniat untuk menekuninya maupun menggali potensi lebih dalam. Sampai kemudian saya menikah dengan seorang yang menghabiskan banyak waktunya untuk satu hal; nggambar. Ya, suami saya hobi menggambar, tapi dia tidak hanya menjadikannya sebagai sebuah hobi kosong, melainkan juga menjadi ladang pekerjaan. Darinyalah saya menyadari bahwa hal sekecil apapun, kesenangan seremeh apapun, bisa menjadi prestasi besar ketika kita fokus dan melakukannya dengan bersungguh-sungguh. Saya ingat betul kalimatnya kala itu:

"Tidak ada yang bisa mengalahkan orang yang fokus dan bersungguh-sungguh. Kamu mungkin meremehkan orang yang hobinya cuma main futsal, orang yang hobinya ngoleksi mainan, joged-joged niruin Idol KPOP, dan yang lainnya. Tapi lihat, Christiano Ronaldo. Dia sukses, populer, duitnya banyak, dapat penghargaan macam-macam, padahal "cuma" main sepak bola. Kenapa? Karena dia fokus. Dia sungguh-sungguh dalam bermain sepak bola. Sehingga dia bisa sukses. Pun demikian dengan kolektor, dancer, penyanyi, pengrajin, selama mereka fokus, mereka bisa sukses di jalan yang mereka tempuh. Tapi kamu tidak akan mendapatkan itu ketika bertindak setengah-setengah."

Untuk itulah saya ingin menekuni kesenangan ini lebih dalam. Lebih serius. Saya ingin menjadi ilustrator--minimal--untuk cerita-cerita yang saya buat. Juga untuk mengekspresikan emosi maupun pengalaman saya dalam suatu kejadian. Saya tidak tahu pasti apa yang sebenarnya saya tuju (Popularitas? Harta?), atau apa yang akan saya dapatkan dengan memilih jurusan ini, tapi satu yang pasti; pada seni rupa, Tuhan memberi saya kata BISA dan SUKA. Saya yakin Dia punya alasan untuk itu. Saya sendirilah yang perlu mencari jawabannya.

Saya tahu ini lebih seperti ego untuk menuntaskan ambisi masa kecil, tapi saya berharap gambar-gambar yang saya hasilkan bisa menjadi kendaraan saya dalam menebar benih kebaikan.

3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang kamu rencanakan di bidang tersebut

Ada satu nasehat dari seorang teman yang akan saya jadikan pedoman dalam mengarungi dunia gambar:

Teruslah goreskan pensilmu. Teruslah asah imajinasimu. Sejelek apapun hasilnya. Sebab hanya itulah yang akan membuatmu semakin dekat pada kata mahir.

Ya. Saya akan rajin menggambar. Apapun temanya, apapun objeknya. Sampai saya menemukan style saya sendiri. Sembari tidak lelah mempelajari tutorial-turorial dari para ahli, atau mengikuti workshop terkait. Tentu dengan dibantu suami, karena dialah konsultan gambar terbaik dalam hidup saya.

4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang kamu perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut

Musuh terbesar saya adalah mental block. Pemikiran negatif dari alam bawah sadar yang menyabotase potensi dan menghancurkan keyakinan diri, sehingga membuat saya takut melangkah. Mau nggambar, takut hasilnya jelek. Ingin menulis buku, ragu apakah nantinya ada yang baca. Sampai akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.

Untuk bisa menjadi seorang ilustrator handal, pertama-tama saya harus menghapus mental block dalam diri saya. Karena hal itu sangat menghambat seseorang dalam meraih kesuksesannya.

Selebihnya saya hanya perlu terus mencoba.

Terima kasih.

Jakarta, 5 Agustus 2018
Salam,
Ra'ufina.

0 comments:

Posting Komentar